Sabtu, 07 April 2012

Amerika siapkan 55 juta dolar bantu Indonesia turunkan AKI

Pada tanggal 8 Maret yang lalu seluruh perempuan di dunia memperingati Hari Perempuan Sedunia atau Women Day. Sebuah hari besar yang dirayakan di seluruh dunia untuk memperingati keberhasilan kaum perempuan di bidang ekonomi, politik dan sosial. Peristiwa-peristiwa sejarah yang terkait lainnya adalah memperingati kebakaran Pabrik Triangle Shirtwaist di New York pada 1911 yang mengakibatkan 140 orang perempuan kehilangan nyawanya (Wikipedia). Tak heran jika perayaan Hari Perempuan Sedunia di Indonesia awal bulan yang lalu, diwarnai dengan pemberitaan-pemberitaan yang menyedihkan mengenai kondisi perempuan Indonesia, baik di media cetak mupun elektronik.

Source: radarbangka.co.id
Salah satu yang paling banyak dibahas adalah tentang tingginya angka kematian ibu melahirkan di Indonesia. Angka Kematian Ibu Melahirkan atau sering disingkat dengan AKI saat ini memang masih menjadi masalah yang serius di berbagai negara. tak terkecuali negara kita, Indonesia. Dalam pemberitaan di website berita terkemuka VoA Indonesia 16 Maret 2012 yang lalu (dapat anda baca disini), Koordinator Program Nasional United Nations Population Fund di Jakarta atau Organisasi PBB untuk mempromosikan hak setiap perempuan, laki-laki dan anak, Lany Harijanti mengungkapkan bahwa diperkirakan sekitar 10.000 perempuan meninggal dunia akibat komplikasi saat kehamilan dan bersalin setiap tahunnya di Indonesia.


Source: menegpp.go.id


Direktur Jenderal Gizi Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan, Slamet Riyadi Yuwono masih dari sumber yang sama mengungkapkan bahwa angka kematian ibu di Indonesia jumlahnya mencapai 228 per 100 ribu kelahiran hidup. Jumlah ini ternyata masih jauh dari target Tujuan Pembangunan Millenium atau Millenium Development Goals (MDGs) yang telah ditetapkan yaitu 102 per 100 ribu kelahiran hidup pada tahun 2015. Tingginya angka tersebut diungkapkan Slamet, di dominasi oleh 10 provinsi. Sepuluh daerah tersebut adalah Jawa Timur, Jawa  Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Nusa Tenggara Timur, Banten, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, Lampung dan Sulawesi Tengah.


Miris hati ini saat melihat pemberitaan di berbagai media tersebut. Bahkan Indonesia sendiri menempati urutan pertama sebagai negara dengan AKI tertinggi se-ASEAN. Padahal Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan di suatu bangsa. Bagaimana pelayanan kesehatan tersebut diterima warga masyarakatnya. Awal membaca berita-berita tersebut dalam hati ini berbisik, “Apakah pemerintah tidak serius dalam menangani hal ini?”.


Pemerintah sebenarnya juga telah melakukan berbagai usaha untuk mengurangi tingginya AKI di Indonesia. Misalnya Jaminan Persalinan atau Jampersal yang mulai berlaku tahun ini. Dengan adanya Jampersal ini, masyarakat akan mendapatkan jaminan pembiayaan pelayanan persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan Keluarga Berencana (KB) pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir. Selain itu pemerintah kini telah meningkatkan persebaran tenaga bidan maupun dokter di daerah-daerah terpencil dengan mengadakan sister hospital. Di NTT misalnya dari 21 Kabupaten Kota, sudah 14 Kabupaten Kota yang sudah dibantu oleh fakultas-fakultas kedokteran yang mengirim perwakilannya yang sudah senior untuk menolong.

Untuk mendukung semua program tersebut maka pemerintah bekerjasama dengan pemerintah AS akan segera melaksanakan program EMAS atau Expanding Maternal and Newborn Survival. Dalam menyukseskan program ini tak tanggung-tanggung pemerintah AS siap mengucurkan dana bantuan sebesar 55 juta USD. Waow, bukan nilai yang kecil memang. Program ini nantinya akan dilaksanakan secara bertahap. Pada tahun ini program emas tersebut akan dilakukan di enam provinsi yaitu Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatra Utara, Sulawesi Selatan, dan Jawa Barat. Hal ini dikarenakan daerah tersebut menyumbang 70% kasus kematian Ibu di Indonesia. 

Slamet Riyadi menambahkan, "Program Emas intinya satu, memperkuat pelayanan di tingkat puskesmas, yang kedua, pelayanan ditingkat rumah sakit dengan 24 jam. Para bidan, para dokter di wilayah tersebut ditingkatkan kemampuan bagaimana menolong persalinan. Yang kedua, bagaimana cara pengiriman ibu yang mau melahirkan, mendiagnosis dengan tepat". Apakah program ini akan dapat menurunkan tingginya angka kematian ibu di Indonesia hingga tercapai Tujuan pembangunan Milenium tahun 2015?

Program ini menurut saya akan sangat membantu untuk menurunkan tingginya AKI di Indonesia. Karena salah satu penyebab tingginya aki adalah rendahnya cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan. Mari kita lihat berbagai data berikut yang saya kutip dari website pemerintah Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan.

Source: menegpp.go.id
Dari data tersebut menunjukkan bahwa masih rendahnya cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan yang profesional. Terlihat banyak sekali kelahiran yang dibantu oleh dukun mencapai 35%. Selain itu, juga banyak kelahiran yang dilakukan di rumah pribadi. Hal ini mungkin mempunyai andil yang cukup besar dalam menyumbang tingginya AKI di Indonesia. Sehingga dengan memperkuat pelayanan di tingkat puskesmas dan rumah sakit 24 jam, diharapkan dapat mendorong minat masyarakat untuk melakukan persalinan di tempat tersebut. Sehingga persalinan dapat dibantu oleh tenaga-tenaga yang sudah ahli di bidangnya dan pada akhirnya dapat menurunkan resiko kematian pada ibu maupun si jabang bayi.

Selain hal di atas hal-hal yang menyebabkan kematian pada ibu melahirkan antara lain sebagai berikut

Source: menegpp.go.id

Berdasarkan data tersebut terlihat jelas bahwa terdapat banyak sekali penyebab meninggalnya seorang ibu yang terjadi akibat komplikasi saat kehamilan dan bersalin. Namun yang perlu kita garis bawahi adalah tiga faktor utama penyebab utamanya yaitu, pendarahan, hipertensi atau pre eklamasi dan infeksi. Pendarahan menempati presentase tertinggi penyebab kematian ibu (28 persen). Faktor penyebab utama terjadinya pendarahan ini adalah anemia dan kekurangan energi kronis (KEK). 

Selain berbagai faktor di atas sebenarnya masih banyak faktor lain yang tak kalah penting, namun hal ini kadang kurang mendapatkan perhatian secara khusus. Hal ini disebabkan karena faktor ini tidak menimbulkan efek secara langsung. Efek secara tidak langsung tersebut meliputi, rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil, latar belakang pendidikan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan masyarakat dan politik, pemberdayaan perempuan yang kurang baik, dll.

Dengan hanya menyisakan waktu sekitar 3 tahun, maka menurut saya program Expanding Maternal and Newborn Survival ini sangat membantu sekali bagi Indonesia dalam mewujudkan Tujuan Pembangunan Millenium atau Millenium Development Goals (MDGs) yang telah ditetapkan yaitu 102 per 100 ribu kelahiran hidup pada tahun 2015. Karena seperti diketahui puskesmas saat ini memang menjadi rujukan utama bagi masyarakat di daerah pedesaan. Di daerah saya sendiri hampir setiap hari puskesmas selalu dipenuhi oleh pengunjung. Namun mungkin karena terlalu banyaknya pasien yang datang membuat pelayanan yang terjadi di puskesmas tersebut menjadi tidak memuaskan. Setidaknya hal itu pernah saya alami saat saya mengantarkan kakak saya untuk memeriksakan balitanya. 


Terlepas dari itu semua penurunan AKI sendiri sebenarnya dapat dicegah sedini mungkin dan dimulai dari diri sendiri. Meningkatkan kesadaran perempuan untuk hidup sehat, tercukupinya kebutuhan nutrisi ibu pada saat hamil, kebiasaan hidup sehat dan sebagainya. Selain itu agenda akselerasi penurunan AKI di Indonesia juga sangat bergantung pada keberhasilan program kesehatan lainnya. Dan juga dukungan dari seluruh lapisan pemerintah maupun masyarakat. Seperti diketahui bahwa selama ini Desentralisasi juga menjadi salah satu kendala tercapainya MDGs. Banyak pemerintah daerah yang tidak mengagendakan MDG itu menjadi salah satu poin penting. Sehingga hal ini sering menjadi terabaikan.

Semoga program EMAS dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya.

2 komentar: